Jakarta - Uang memang jadi elemen utama dalam ajang balapan F1. Tapi, Sean Gelael tak ingin tampil di sana hanya karena kekuatan finansial yang dimilikinya.
Sean kini tengah meniti kariernya di F2 bersama Pertamina Arden. Ini jadi musim penuh ketiganya di ajang balapan yang dulunya bernama GP2 tersebut.
Sebelumnya Sean memperkuat Carlin dan Campos Racing sebelum pindah ke Arden musim ini. Seperti kebanyakan pebalap F2, ajang ini hanya dijadikan "kawah candradimuka" sebelum mereka tampil di Formula 1.
Tentunya tampil di Formula 1 tak hanya sekadar jago membalap, tapi terkadang pebalap juga harus disokong kekuatan finansial mengingat biaya untuk mengikut ajang itu begitu mahal.
Maka wajar saja banyak pebalap berbayar alias pay driver di mana mereka harus menyetor sejumlah uang untuk bisa tampil di F1. Contoh saja dulu ada Alex Yoong, Pastor Maldonado, Sergio Perez, Stofel Vandoorne, dan dari Indonesia ada Rio Haryanto.
Rio yang tampil di Manor Racing pada musim 2016 bahkan hanya setengah musim, sebelum digeser oleh Esteban Ocon, karena permasalahan biaya.
Sean pun tentu menjadikan F1 sebagai target puncak dalam kariernya. Meski banyak anggapan miring kalau pebalap 22 tahun itu bisa tampil di sana nantinya karena punya sokongan dana besar, bukan kemampuannya membalap.
Terkait hal ini, Sean membantah keras karena dia pun sudah mengukur kemampuannya dan tahu kapan saatnya tampil di ajang itu.
"Saya tak mau orang berpikir saya bisa ke F1 karena disokong dana besar. Saya ingin ke F1 karena saya merasa benar-benar mampu di sana," ujar Sean dalam perbincangan dengan wartawan di kediamannya di Prapanca, Jakarta Selatan, Rabu (9/8/2017).
Peluang Sean ke F1 sendiri sebenarnya terbuka lebar mengingat dia kini berstatus sebagai test driver untuk Scuderia Toro Rosso. Di musim ini, Sean sudah dua kali ikut tes di Bahrain dan Hongaria, sebelum terakhir di Abu Dhabi.
"Saya tak ingin Sean cuma numpan lewat di F1. Saya ingin dia membuktikan kalau dia punya kemampuan membalap oke," papar ayah Sean, Ricardo Gelael.
Sean kini tengah meniti kariernya di F2 bersama Pertamina Arden. Ini jadi musim penuh ketiganya di ajang balapan yang dulunya bernama GP2 tersebut.
Sebelumnya Sean memperkuat Carlin dan Campos Racing sebelum pindah ke Arden musim ini. Seperti kebanyakan pebalap F2, ajang ini hanya dijadikan "kawah candradimuka" sebelum mereka tampil di Formula 1.
Tentunya tampil di Formula 1 tak hanya sekadar jago membalap, tapi terkadang pebalap juga harus disokong kekuatan finansial mengingat biaya untuk mengikut ajang itu begitu mahal.
Maka wajar saja banyak pebalap berbayar alias pay driver di mana mereka harus menyetor sejumlah uang untuk bisa tampil di F1. Contoh saja dulu ada Alex Yoong, Pastor Maldonado, Sergio Perez, Stofel Vandoorne, dan dari Indonesia ada Rio Haryanto.
Rio yang tampil di Manor Racing pada musim 2016 bahkan hanya setengah musim, sebelum digeser oleh Esteban Ocon, karena permasalahan biaya.
Sean pun tentu menjadikan F1 sebagai target puncak dalam kariernya. Meski banyak anggapan miring kalau pebalap 22 tahun itu bisa tampil di sana nantinya karena punya sokongan dana besar, bukan kemampuannya membalap.
Terkait hal ini, Sean membantah keras karena dia pun sudah mengukur kemampuannya dan tahu kapan saatnya tampil di ajang itu.
"Saya tak mau orang berpikir saya bisa ke F1 karena disokong dana besar. Saya ingin ke F1 karena saya merasa benar-benar mampu di sana," ujar Sean dalam perbincangan dengan wartawan di kediamannya di Prapanca, Jakarta Selatan, Rabu (9/8/2017).
Peluang Sean ke F1 sendiri sebenarnya terbuka lebar mengingat dia kini berstatus sebagai test driver untuk Scuderia Toro Rosso. Di musim ini, Sean sudah dua kali ikut tes di Bahrain dan Hongaria, sebelum terakhir di Abu Dhabi.
"Saya tak ingin Sean cuma numpan lewat di F1. Saya ingin dia membuktikan kalau dia punya kemampuan membalap oke," papar ayah Sean, Ricardo Gelael.